Sabtu, 28 September 2013

PROSPEK & PERSIAPAN BAHAN TANAM CENGKEH



MAKALAH
TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM DAN TAHUNAN
“PROSPEK & PERSIAPAN BAHAN TANAM CENGKEH”


Oleh :
KELOMPOK 7
Agroteknologi C




A.    UMUM
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa diguakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang terbanyak sebagai bahan baku rokok. Produksi Cengkeh mempunyal peranan yang cukup besar dalam menunjang upaya peningkatcin pendapatan Negara karena sampai saat ini Cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang terbesar dibanding dengon sumber-sumber pendapatan lainnya.
Besarnya cukai Rokok Kretek tergantung dan perkembangan produksi Rokok Kretek yang dihasilkan oleh Pabrik Rokok Kretek di Indonesia. Sedangkan produksi Rokok baik kuolitas moupun kuantitasnya akan sangat dipengoruhi oleh ketersediaan pasokon Cengkeh yang merupokan bohon baku utama produksi Rokok Kretek.
Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri, namun bila factor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.
Cengkeh sejak zaman dahulu hingga sekarang masih menjadi salah satu hasil industri perkebunan yang prospeknya sangat bagus. Berapapun hasil produksi kita, maka pasar dipastikan akan mampu menyerapnya. Meski beberapa waktu yang lalu pernah terjadi penurunan harga terhadap hasil budidaya tanaman cengkeh di Indonesia, namun sekarang keadaanya beransur membaik dan normal kembali. Maka tidak mengherankan bila saat ini para petani juga mulai tekun untuk menggarap ladang atau kebun cengkehnya kembali.
B.     PROSPEK TANAMAN CENGKEH
Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada awalnya merupakan komoditas ekspor, berubah posisi menjadi komoditas yang harus diimpor karena pesatnya perkembangan indutri rokok kretek. Industri rokok kretek sendiri, berkembang sejak akhir abad ke-19. Tingginya kebutuhan devisa untuk memenuhi kebutuhan mengakibatkan ditetapkannya program swasembada cengkeh pada tahun 1970, antara lain melalui perluasan areal.
Hasil dari pelaksanaan program swasembada cengkeh adalah terjadinya perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi 724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada tahun 1991, bahkan terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan harga. Untuk membantu petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan dengan: (1) mengatur tataniaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC), (2) mendiversifikasi hasil dan (3) mengkonversi sebagian areal. Namun demikian upaya-upaya ini tidak berhasil yang diindikasikan harga tetap tidak membaik, sehingga petani menelantarkan pertanamannya
Karena diterlantarkan petani, areal cengkeh berkurang drastis. Pada tahun 2000 luas areal cengkeh tinggal 428 000 ha dan tahun 2003 tinggal 228 000 ha. Perkiraan untuk 2005 areal tanaman menghasilkan (TM) tinggal 213.182 ha. Produksi juga turun sejak tahun 2000, sehingga diperkirakan tanpa upaya penyelamatan, tahun 2009 produksi cengkeh Indonesia hanya akan mampu menyediakan sekitar 50 % dari kebutuhan pabrik rokok kretek yang rata-rata empat tahun terakhir mencapai 92.133 ton.
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan program intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman cengkeh secara terukur. Total areal TM diupayakan terjaga 220.000 – 230.000 ha di 10 propinsi sentra produksi cengkeh PRK (pabrik rokok kretek), dengan maksimum total areal 250.000 ha, termasuk di luar propinsi PRK. Semuanya itu diarahkan untuk keseimbangan pasokan dan permintaan, guna memenuhi kebutuhan 92 133 ton untuk rokok kretek (GAPPRI, 2005), serta harga yang tetap menguntungkan petani.
Untuk itu lima tahun ke depan seyogyanya dapat dilaksanakan program intensifikasi dan rehabilitasi seluas 70.000 ha serta replanting (peremajaan) seluas 35.000 ha. Pelaksanaannya dibatasi di 10 propinsi PRK dengan kualifikasi daerah sangat sesuai (C1). Adanya kemungkinan peningkatan kebutuhan sesuai prediksi GAPPRI sebesar 5 %/tahun diharapkan dapat terpenuhi oleh kelebihan areal dari 230 000 ha yang ada diluar ke-10 propinsi PRK. Kelebihan tersebut termasuk untuk kemungkinan ekspor dan diversifikasi hasil untuk keperluan industri makanan, farmasi dan pestisida nabati.
Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp. 1,037 trilyun yang terdiri dari investasi masyarakat Rp. 767.532 milyar, investasi swasta Rp. 184,020 milyar, dan investasi pemerintah untuk fasilitasi pengadaan infra struktur serta dukungan penelitian pengadaan benih unggul dan sebagainya sebesar Rp 85,5 milyar.
Pada dasarnya agribisnis cengkeh sangat menguntung kan. Apalagi dengan adanya peluang pengembangan industri hilir untuk keperluan makanan, farmasi dan pestisida nabati, termasuk ekspor. Pihak swasta diharapkan dapat ikut investasi dalam agribisnis cengkeh yang meliputi agribisnis hulu dalam penangkaran benih, sektor “on farm” pendirian perkebunan besar (PBS) dalam rangka peremajaan (replanting) serta agribisnis hilir di bidang industri penyulingan minyak, industri makanan dan farmasi serta pengolahan pestisida nabati cengkeh. Kegiatan “on farm” dalam bentuk pendirian perkebunan besar cengkeh dalam rangka peremajaan mengganti tanaman tua mampu memberikan B/C sebesar 1.54 dengan IRR 21.20%. Sedangkan untuk usaha industri penyulingan minyak pada tingkat bunga modal 18 % mampu memberikan B/C 1.26 dengan IRR 23 %.
Dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan adalah pemberdayaan penyuluhan dan organisasi kelompok tani untuk memprioritaskan pengembangan cengkeh hanya di daerah sentra produksi cengkeh untuk PRK. Pengembangan di luar 10 propinsi PRK diserahkan pada swadaya masyarakat dan dapat digunakan untuk mengantisipasi (bumper) kenaikan permintaan sesuai perkiraan GAPPRI, memenuhi kebutuhan ekspor dan diversifikasi untuk produksi minyak cengkeh, eugenol dan pestisida nabati. Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk akses pembiayaan bagi UKM, stabilisasi harga dan kemudahan bagi swasta untuk ikut berinvestasi.
C.    SYARAT TUMBUH
Tanaman Cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.    Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur, solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta kedalaman air tanah lebih dari 3 meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik merah, mediteran dan andoso.
2.    Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 – 6,5.
3.    Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh berkisar 1.500 – 2.500 mm/tahun serta bulan kering kurang dari 2 bulan, suhu antara 25 – 34º C kelembaban (RH) 80 – 90 %.
4.    Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh berkisar antara 200 – 600 meter diatas permukaan laut (mdpl).
D.    PERSIAPAN BAHAN TANAM
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.
1.    Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a.    Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
1)   Zanzibar
a)    Produksi tinggi.
b)   Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan >15 bunga.
c)    Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
d)   Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah
2)   Sikotok
a)    Produksi cukup tinggi.
b)   Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
c)    Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
d)   Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
e)    Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
f)    Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa
3)   Siputih :
a)    Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
b)   Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
c)    Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
d)   Tajuk tidak rindang.
b.    Persyaratan Pohon Induk
Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1)   Sehat.
2)   Berumur > 15 tahun.
3)   Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
4)   Hasil rata-rata terus naik.
5)   Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
6)   Tidak terlindungi.
7)   Percabangan cukup banyak.
8)   Batang utama tunggal.
9)   Bebas hama penyakit
2.    Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
a.    Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
b.    Berat 0.85 – 1.1 g.
c.    Tidak cacat.
d.   Tidak berlendir.
e.    Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
f.     Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih tidak terluka.
Pengupasan dilakukan dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.
E.     PERSEMAIAN
Persemaian tanaman cengkeh dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.    Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya 75%.
2.    Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan.
3.    Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang.
4.    Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.
Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA interval 4 bulan sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4cengkeh




Tidak ada komentar:

Posting Komentar