MAKALAH
TEKNOLOGI
BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM DAN TAHUNAN
“PROSPEK & PERSIAPAN BAHAN TANAM CENGKEH”
Oleh
:
KELOMPOK
7
Agroteknologi
C
A. UMUM
Tanaman
cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal
sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh
termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa diguakan sebagai bahan
baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang
terbanyak sebagai bahan baku rokok. Produksi Cengkeh mempunyal peranan yang
cukup besar dalam menunjang upaya peningkatcin pendapatan Negara karena sampai
saat ini Cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang
terbesar dibanding dengon sumber-sumber pendapatan lainnya.
Besarnya
cukai Rokok Kretek tergantung dan perkembangan produksi Rokok Kretek yang
dihasilkan oleh Pabrik Rokok Kretek di Indonesia. Sedangkan produksi Rokok baik
kuolitas moupun kuantitasnya akan sangat dipengoruhi oleh ketersediaan pasokon
Cengkeh yang merupokan bohon baku utama produksi Rokok Kretek.
Cengkeh
merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai ekonominya. Baik
sebagai rempah-rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan
minyak atsiri, namun bila factor penanaman dan pemeliharaan lainnya tidak
diperhatikan maka produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.
Cengkeh
sejak zaman dahulu hingga sekarang masih menjadi salah satu hasil industri
perkebunan yang prospeknya sangat bagus. Berapapun hasil produksi kita, maka
pasar dipastikan akan mampu menyerapnya. Meski beberapa waktu yang lalu pernah
terjadi penurunan harga terhadap hasil budidaya tanaman cengkeh di Indonesia,
namun sekarang keadaanya beransur membaik dan normal kembali. Maka tidak
mengherankan bila saat ini para petani juga mulai tekun untuk menggarap ladang
atau kebun cengkehnya kembali.
B. PROSPEK TANAMAN CENGKEH
Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia, yang pada
awalnya merupakan komoditas ekspor, berubah posisi menjadi komoditas yang harus
diimpor karena pesatnya perkembangan indutri rokok kretek. Industri rokok
kretek sendiri, berkembang sejak akhir abad ke-19. Tingginya kebutuhan devisa
untuk memenuhi kebutuhan mengakibatkan ditetapkannya program swasembada cengkeh
pada tahun 1970, antara lain melalui perluasan areal.
Hasil dari pelaksanaan program swasembada cengkeh
adalah terjadinya perkembangan luas areal yang sangat mencolok dari 82.387 ha
tahun 1970 menjadi 724.986 ha tahun 1990. Swasembada dinyatakan tercapai pada
tahun 1991, bahkan terlampaui, tetapi bersamaan dengan itu terjadi penurunan
harga. Untuk membantu petani mengatasi hal tersebut pemerintah campur tangan
dengan: (1) mengatur tataniaga melalui pembentukan Badan Penyangga dan
Pemasaran Cengkeh (BPPC), (2) mendiversifikasi hasil dan (3) mengkonversi
sebagian areal. Namun demikian upaya-upaya ini tidak berhasil yang
diindikasikan harga tetap tidak membaik, sehingga petani menelantarkan
pertanamannya
Karena diterlantarkan petani, areal cengkeh berkurang
drastis. Pada tahun 2000 luas areal cengkeh tinggal 428 000 ha dan tahun 2003
tinggal 228 000 ha. Perkiraan untuk 2005 areal tanaman menghasilkan (TM) tinggal
213.182 ha. Produksi juga turun sejak tahun 2000, sehingga diperkirakan tanpa
upaya penyelamatan, tahun 2009 produksi cengkeh Indonesia hanya akan mampu
menyediakan sekitar 50 % dari kebutuhan pabrik rokok kretek yang rata-rata
empat tahun terakhir mencapai 92.133 ton.
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan
program intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan tanaman cengkeh secara
terukur. Total areal TM diupayakan terjaga 220.000 – 230.000 ha di 10 propinsi
sentra produksi cengkeh PRK (pabrik rokok kretek), dengan maksimum total areal
250.000 ha, termasuk di luar propinsi PRK. Semuanya itu diarahkan untuk
keseimbangan pasokan dan permintaan, guna memenuhi kebutuhan 92 133 ton untuk
rokok kretek (GAPPRI, 2005), serta harga yang tetap menguntungkan petani.
Untuk itu lima tahun ke depan seyogyanya dapat
dilaksanakan program intensifikasi dan rehabilitasi seluas 70.000 ha serta replanting
(peremajaan) seluas 35.000 ha. Pelaksanaannya dibatasi di 10 propinsi PRK
dengan kualifikasi daerah sangat sesuai (C1). Adanya kemungkinan peningkatan
kebutuhan sesuai prediksi GAPPRI sebesar 5 %/tahun diharapkan dapat terpenuhi
oleh kelebihan areal dari 230 000 ha yang ada diluar ke-10 propinsi PRK.
Kelebihan tersebut termasuk untuk kemungkinan ekspor dan diversifikasi hasil
untuk keperluan industri makanan, farmasi dan pestisida nabati.
Total biaya yang diperlukan untuk itu adalah Rp. 1,037
trilyun yang terdiri dari investasi masyarakat Rp. 767.532 milyar, investasi
swasta Rp. 184,020 milyar, dan investasi pemerintah untuk fasilitasi pengadaan
infra struktur serta dukungan penelitian pengadaan benih unggul dan sebagainya
sebesar Rp 85,5 milyar.
Pada dasarnya agribisnis cengkeh sangat menguntung
kan. Apalagi dengan adanya peluang pengembangan industri hilir untuk keperluan
makanan, farmasi dan pestisida nabati, termasuk ekspor. Pihak swasta diharapkan
dapat ikut investasi dalam agribisnis cengkeh yang meliputi agribisnis hulu
dalam penangkaran benih, sektor “on farm” pendirian perkebunan besar (PBS)
dalam rangka peremajaan (replanting) serta agribisnis hilir di bidang industri
penyulingan minyak, industri makanan dan farmasi serta pengolahan pestisida
nabati cengkeh. Kegiatan “on farm” dalam bentuk pendirian perkebunan besar
cengkeh dalam rangka peremajaan mengganti tanaman tua mampu memberikan B/C
sebesar 1.54 dengan IRR 21.20%. Sedangkan untuk usaha industri penyulingan
minyak pada tingkat bunga modal 18 % mampu memberikan B/C 1.26 dengan IRR 23 %.
Dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan adalah
pemberdayaan penyuluhan dan organisasi kelompok tani untuk memprioritaskan
pengembangan cengkeh hanya di daerah sentra produksi cengkeh untuk PRK.
Pengembangan di luar 10 propinsi PRK diserahkan pada swadaya masyarakat dan
dapat digunakan untuk mengantisipasi (bumper) kenaikan permintaan sesuai
perkiraan GAPPRI, memenuhi kebutuhan ekspor dan diversifikasi untuk produksi
minyak cengkeh, eugenol dan pestisida nabati. Dukungan pemerintah juga
diperlukan untuk akses pembiayaan bagi UKM, stabilisasi harga dan kemudahan bagi
swasta untuk ikut berinvestasi.
C. SYARAT TUMBUH
Tanaman Cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Tanah yang sesuai untuk tanaman cengkeh adalah gembur,
solum tanah tebal (minimal 1,5 meter) serta kedalaman air tanah lebih dari 3
meter dari permukaan tanah, jenis tanah yang sesuai adalah latosol, podsolik
merah, mediteran dan andoso.
2.
Keasaman tanah (pH) optimum berkisar antara 5,5 – 6,5.
3.
Besarnya curah hujan optimal untuk perkembangan
tanaman cengkeh berkisar 1.500 – 2.500 mm/tahun serta bulan kering kurang dari
2 bulan, suhu antara 25 – 34º C kelembaban (RH) 80 – 90 %.
4.
Ketinggian tempat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman cengkeh berkisar antara 200 – 600 meter diatas permukaan laut (mdpl).
D. PERSIAPAN BAHAN TANAM
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan
tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon
induk, benih, persemaian sampai pembibitan.
1.
Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a.
Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia
antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh
masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi.
Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
1)
Zanzibar
a)
Produksi tinggi.
b)
Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan
>15 bunga.
c)
Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan
cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
d)
Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut
sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah
2)
Sikotok
a)
Produksi cukup tinggi.
b)
Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15
bunga.
c)
Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan
cabang berwarna merah.
d)
Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
e)
Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut
dan berdaun lebat.
f)
Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa
3)
Siputih :
a)
Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah
pertandan <15 bunga.
b)
Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau
muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna
hijau.
c)
Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
d)
Tajuk tidak rindang.
b.
Persyaratan Pohon Induk
Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif
melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1)
Sehat.
2)
Berumur > 15 tahun.
3)
Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
4)
Hasil rata-rata terus naik.
5)
Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
6)
Tidak terlindungi.
7)
Percabangan cukup banyak.
8)
Batang utama tunggal.
9)
Bebas hama penyakit
2.
Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
a.
Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu
kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
b.
Berat 0.85 – 1.1 g.
c.
Tidak cacat.
d.
Tidak berlendir.
e.
Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
f.
Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi
penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari
terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih.
Pengupasan kulit buah dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih tidak
terluka.
Pengupasan dilakukan dengan tangan atau pisau yang
tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air
selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih
diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk
menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.
E. PERSEMAIAN
Persemaian tanaman cengkeh dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1.
Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan
panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri
bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat
naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas
cahaya 75%.
2.
Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x
20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x
25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian
bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan
pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan
Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2
minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau
0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah
disiapkan.
3.
Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40%
saat bibit dipindahkan ke lapang.
4.
Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10
gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5
gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk
yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.
Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA interval 4 bulan
sekali dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol SUPERNASA diencerkan
dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter
diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4cengkeh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar